Minggu, 01 Desember 2013

Makalah Isu dan Permasalahan Peserta Didik

ISU DAN PERMASALAHAN PESERTA DIDIK
SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik oleh Ahmad Rifqy Ash Shiddiqy



Oleh :
Annisa Nurul Utami        NIM. 1206212
Dea Santika Rahayu        NIM. 1200387
Muhammad Asyam Farrosi    NIM. 1202445
Suroyya Lailatun Najjah    NIM. 1204825

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Isu dan Permasalahan Peserta Didik serta Implikasinya dalam Pendidikan ”
Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian peserta didik atau yang lebih khususnya membahas Membahas isu dan permasalahan peserta didik serta implikasinya dalam pendidikan. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Permasalahan Peserta Didik serta Implikasinya dalam Pendidikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Bandung, 18 September 2012




Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR    i
DAFTAR ISI    ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Permasalahan    1
B.    Rumusan Masalah    2
C.    Tujuan dan Manfaat Pembahasan    2
D.    Metode Pembahasan    2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A.    Pengertian Peserta Didik    4
B.    Permasalahan yang timbul pada peserta didik    5
C.    Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang Peserta didik    6
D.    Implikasinya bagi Pendidikan    8
BAB III ANALISIS
A.    Analisis Teoritis    10
B.    Analisis Praktis    11
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.    Kesimpulan    14
B.    Rekomendasi    14

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Permasalahan
Secara singkat, perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri ( growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan (a stage of development ). (McLeod, 1989).
Di dalam proses tumbuh kembang, banyak sekali masalah-masalah yang muncul pada peserta didik. Permasalahan bagi manusia akan semakin kompleks ketika mereka menginjak usia remaja usia dimana mereka masih berada di jenjang pendidikan usia sekolah menengah, pada masa remaja itulah mereka mulai mengenal lingkungan atau masyarakat yang lebih luas yang selalu dihadapkan pada permasalaha-permasalahan yang lebih rumit yang memerlukan penanganan yang sangat serius.
Permasalahan bagi peserta didik usia sekolah menengah timbul baik dari intern ataupun ekstern yang kesemuanya sangat mengganggu pada proses belajar dan pembelajaran peserta didik di usia seperti itu. Keingintahuan pada usia sekolah menengah sangatlah besar karena pada masa itu mereka masih mencari jati diri dan figur yang bisa diidolakan oleh mereka. Bagi seorang pendidik haruslah tahu keadaan peserta didiknya dan harus bisa mengarahkan pada hal-hal yang positif sehingga peserta didik pada usia sekolah menengah tersebut akan terarah pada hal-hal yang positif, pendidik juga harus mengetahui gejala-gejala yang terdapat pada peserta didik usia tersebut dan bisa memberikan solusi yang terbaik dalam menghadapi keadaan peserta didik seperti itu.
Dalam makalah ini kami akan membahas problematika atau isu dan permasalahan peserta didik serta implikasinya terhadapa pendidikan yang terjadi pada peserta didik usia sekolah menengah dan solusi yang tepat bagi pendidik dalam menghadapi problematika yang dialami peserta didiknya, khususnya juga usia sekolah menengah.

B.    Rumusan Masalah
1.    Apakah peserta didik itu?
2.    Apa saja permasalahan yang timbul pada peserta didik?
3.    Apa saja bentuk penyimpangan peserta didik?
4.    Bagaimanakah implikasinya bagi pendidikan?

C.    Tujuan dan Manfaat Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan dari makalah ini adalah :
1.    Mengetahui deskripsi tentang peserta didik
2.    mengetahui permasalahan yang timbul pada peserta didik
3.    mengetahui bentuk penyimpangan pada peserta didik
4.    mengetahui implikasi dari permasalahan-permasalahan tersebut bagi pendidikan
Adapun manfaat pembahasan dari makalah ini adalah :
Dari tujuan yang diharapkan penulis dalam makalah ini, dapat ditarik beberapa manfaat baik untuk pembaca maupun penulis sendiri, yaitu :
1.    Bagi Pembaca
Jika penulisan makalah ini dirasakan dapat menambah pengetahuan tentang isu dan permasalahan remaja serta implikasinya terhadap pendidikan, diharapkan pembaca dapat  lebih memahami isi dari makalah ini. 
2.    Bagi Penulis
     Penulisan karya tulis ini menjadi suatu pembelajaran, sebagai pengetahuan kami untuk lebih mengetahui berbagai isu dan permasalahan remaja.

D.    Metode Pembahasan
Metode yang kami pergunakan adalah studi literatur. Studi literatur (kajian pustaka) merupakan penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar ataupun dari hasil penelitian orang lain yang bertujuan untuk menyusun dasar teori yang kita gunakan dalam melakukan penelitian.Sebelum menggunakan metode literatur,kami mengadakan diskusi tentang permasalahan yang pernah dialami dan di lihat ketika kami menjadi peserta didik.Dan setelahnya pun kita melakukan diskusi dari literatur yang kita dapatkan.

BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A.    Pengertian Peserta Didik
Pandangan menurut ilmu psikolog tentang peserta didik adalah individu yang sedang berkembang baik jasmani maupun rohani.Perubahan jasmani biasa disebut pertumbuhan, yaitu terdapatnya perubahan aspek jasmani menuju kearah kematangan fungsi, misal kaki, tangan sudah mulai berfungsi secara sempurna.Sedangkan perkembangan adalah perubahan aspek psikis secara lebih jelas.
Hakekat peserta didik menurut ilmu filosofi adalah menuntut pemikiran secara dalam, luas, lengkap, menyeluruh, tuntas serta mengarah pada pemahaman tentang peserta didik.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, peserta didik dalam pengertian yang lebih modern dapat dikatakan sebagai manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.
Peserta didik juga dikenal dengan istilah lain :
a.    Siswa adalah istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
b.    Mahasiswa adalah istilah umum bagi peserta didik pada jenjang pendidikan perguruan tinggi.
c.    Warga Belajar adalah istilah bagi peserta didik nonformal seperti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) .
d.    Pelajar adalah istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang mengikuti pendidikan formal tingkat menengah maupun tingkat atas.
e.    Murid memiliki definisi yang hampir sama dengan pelajar dan siswa.
f.    Santri adalah istilah bagi peserta didik pada jalur pendidikan non formal, khususnya pesantren atau sekolah – sekolah yang berbasiskan agama islam.
B.    Permasalahan yang Timbul pada Peserta Didik
Masalah adalah suatu hal yang selalu melekat dalam sebuah kehidupan.Dan permasahan itu akan semakin memuncak ketika mereka menginjak usia yang transisi yang itu pada fase remaja. Karena banyak perubahan yang terjadi pada masa itu. Dalam buku karangan Prof. Dr. H. Sunarto dan Dr. Ny. B.Agung Hartono dalam bukunya yang berjudul Perkembangan Peserta Didik menjelaskan bahwa ada 3 faktor yang mempengaruhi kehidupan seseorang ialah faktor bawaan(heredity), kematangan (maturation), dan lingkungan (training and learning). Ketiga hal itu yang mempengaruhi karakter peserta didik yang hasilnya senantiasa bervariasi yaitu ada yang menguntungkan atau menghambat perkembangan karakter tersebut. Oleh karena garis lintang perpindahan awal sampai akhir peserta didik tidaklah selalu berjalan lurus dan mulus, tetapi mungkin sebaliknya berliku-liku yang bergantung pada variasi salah satu atau beberapa dari faktor dominan tersebut. Liku-liku perkembangan yang extreme merupakan masalah yang tidak mudah teratasi, baik oleh individu yang bersangkutan atau oleh masyarakat secara keseluruhan.
Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik peserta didik  yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri peserta didik, yaitu:
a.    Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan. Karna telah ada perubahan fisik yang mencolok.
b.    Ketidakstabilan emosi sehingga sering bentrok dengan sesama teman.
c.    Adanya perasaan hampa akibat perubahan pandangan dan petunjuk hidup.
d.    Adanya sikap menentang orang tua karena telah memiliki pola fikir sendiri.
e.    Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.Karna hal ini tidak adanya keselarasan antara keinginan dengan bakat khusus.
f.    Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi  tidak sanggup memenuhi semuanya.
g.    Senang bereksperimentasi dan mencoba banyak hal.
h.    Senang bereksplorasi.
i.    Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
j.    Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.Seperti hidup dalam gang yang tidak terbimbing sehingga mudah menimbulkan kenakalan-kenakalan.
k.    Melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan norma masyarakat dan agama.
l.    Penyesuaian yang sulit terhadap sosial.
m.    Ada kecendrungan untuk mandiri tapi belum bisa mengatur sendiri.
n.    Keingian yang tidak sesuai dengan perekonomian keluarga.
 Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, peserta didik khususnya seusia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan yang sangat fundamental pada karakter, emosi, sosial, prilaku dan masa depan .Sebagian peserta didik mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa peserta didik bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa permasalahan  yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang yang ada pada peserta didik.
Banyak sekali faktor-faktor yang ikut berperan terhadap timbulnya permasalahan pada peserta didik yaitu:
a.   Faktor pribadi atau faktor intern, meliputi:
1. Sifat yang menurun dari orang tua.
2. Cacat tubuh.
3. Ketidakmampuan menyesuaikan diri.
4. Kurang bisa menyampaikan gagasan kepada orang lain.
5. Rendahnya kapasitas intelektual.

b.   Faktor lingkungan atau faktor ekstern, meliputi:
1.    Malnutrisi (Kekurangan gizi)
2.    Kemiskinan di kota-kota besar
3.    Gangguan lingkungan ( polusi, bencana alam, kecelakaan lalulintas )
4.    Migrasi ( urbanisasi, pengungsi karena perang )
5.    Faktor sekolah ( kesalahan pendidikan, faktor kurikulum )
6.    Keluarga yang tercerai berai ( perceraian, perpisahan yang terlalu lama )
7.    Gangguan dalam pengasuhan oleh keluarga ( kematian orangtua, orangtua
sakit, atau orangtua yang tidak harmonis )
8.    kesibukan orang tua yang sangat padat sehingga kurang memeperhatikan perkembangan anak-anaknya.

C.    Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang Peserta didik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Menurut Gunarsa (1986) prilaku menyimpang terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: 
1.    Penyimpangan yang tidak diatur dalam Undang-undang (tidak termasuk pelanggaran hukum),misalnya membolos, kabur dari rumah, memakai pakaian tidak senonoh, dll.
2.    Penyimpangan yang diatur dalam undang-undang (termasuk melanggar hukum), misalnya pembunuhan, judi, memperkosa.
Seiring dengan berjalannya waktu, peserta didik khususnya yang menginjak masa remajanya akan mengalami sebuah perubahan, yaitu mereka akan tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan yaitu meliputi fisiknya saja, sedangkan perkembangan itu meliputi psikisnya, baik itu pribadi, jiwa, ataupun perilaku mereka. Laju proses perkembangan perilaku dan pribadi itu dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor bawaan, kematangan, dan lingkungan. Ketiga faktor dominan utama itu senantiasa bervariasi yang mungkin dapat menguntungkan, membatasi, ataupun menghambat lajunya proses perkembangan tersebut.
Oleh karena garis lintasan perpindahan dari awal sampai akhir masa remaja itu tidaklah selalu berjalan secara lurus dan mulus, tetapi mungkin sebaliknya berliku-liku yang bergantung atas variasi salah satu atau beberapa dari ketiga faktor dominan tersebut.
Seperti contoh, peserta didik Sekolah Menengah Pertama.Pada saat itu mereka sedang mengalami masa peralihan menuju masa remaja yang ditandai dengan berbagai macam karakteristik, seperti suara yang membesar peserta pada remaja laki-laki, pinggul yang membesar pada remaja perempuan, dll. Pada masa itu mereka akan mencari jati diri mereka masing-masing sehingga perubahan jiwanya akan muncul. Dalam pencarian jati diri ini, seorang remaja kadang melakukan suatu perbuatan yang tidak seharusnya mereka lakukan yang perbuatan tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan juga orang lain, perilaku tersebut dapat dikatakan sebagai perilaku yang menyimpang.
Bentuk – bentuk penyimpangan yang sering dilakukan oleh remaja yaitu meliputi, perbuatan awal pencurian (berbohong), perkelahian antar siswa (tawuran), mengganggu teman, berkata kasar dan tidak menghormati orang tua, merokok, menonton pornografi, corat-coret tembok sekolah, kurang hormat kepada guru dan karyawan, kurang disiplin terhadap waktu dan tidak mengindahkan peraturan, kurang memelihara keindahan dan kebersihan lingkungan, dan berbuat asusila.
Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya.Kartini Kartono (2003) secara tegas dan jelas memberikan batasan kenakalan remaja merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.Perilaku anak-anak ini menunjukkan kurang atau tidak adanya konformitas terhadap norma-norma sosial.

D.    Implikasinya bagi Pendidikan
Dalam permasalahan yang timbul pada peserta didik bisa berimplikasi bagi pendidikan.Misalnya peserta didik jadi tidak jarang sekolah, malas belajar, menganggap pendidikan sebagai suatu hal yang tidak penting, banyak melanggar peraturan, dll. Untuk mengurangi kemungkinan tumbuhnya permasalahan yang timbul pada peserta didik khususnya pada  masa remaja, dalam rangka kegiatan pendidikan yang dapat dilakukan para Diantara usaha-usaha pembinaan yang perlu di perhatikan, sekurang-kurangnya pendidik umumnya dan para guru khususnya:
1.    Hendaknya seorang guru mengadakan program dan perlakuan layanan khusus bagi siswa remaja pria dan siswa remaja wanita (misalnya dalam pelajaran anatomi, fisiologi dan pendidikan olahraga) yang diberikan pula oleh para guru yang dapat menyelenggarakan penjelasannya dengan penuh dignity. Tujuan dari usaha tersebut adalah untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan fisik dan psikomotorik remaja.
2.    Memperhitungkan segala aspek selengkap mungkin dengan data atau informasi secermat mungkin yang menyangkut kemampuan dasar intelektual (IQ), bakat khusus (aptitudes), disamping aspirasi atau keinginan orangtuanya dan siswa yang bersangkutan. Terutama pada masa penjurusan atau pemilihan dan penentuan program studi. Upaya tersebut bertujuan untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan bahasadan perilaku kognitif.
3.    Seharusnya seorang guru bisa mengaktifkan dan mengkaitkan hubungan rumah dengan sekolah (parent teacher association) untuk saling mendekatkan dan menyelaraskan system nilai yang dikembangkan dan cara pendekatan terhadap siswa remaja serta sikap dan tindakan perlakuan layanan yangdiberikan dalam pembinaannya. Tujuannya adalah untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan perilaku sosial,moralitas dan kesadaran hidup atau penghayatan keagamaan.
4.    Seorang guru atau pendidik untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan fungsi-fungsi konatif, afektif dan kepribadiannya.

BAB III
ANALISIS
A.    Analisis Teoritis
Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan yang telah mampu menyesuaikan diri. Maka penyesuaian itu memerlukan proses yang cukup unik. Ketika menjalani sebuah prosesnya sering berbentrokan dengan sebuah permasalahan. Begitupun pada peserta didik, permasalahan sering kali datang silih berganti. Bentuk kenakalan-kenakalan yang dilakukan peserta didik khususnya yang baru menginjak masa remajanya bias dikatakan perilaku menyimpang. Kebanyakan penyimpangan yang mereka lakukan termasuk penyimpangan yang tidak tercantum dalam undang-undang, dan penyelesaiannya tidak melalui hokum, seperti mencoret-coret tembok sekolah, mengecat rambut, berbohong, dll. Tetapi ada juga dari mereka yang melakukan penyimpangan yang penyelesaiannya itu harus melalui hukum, seperti mencuri, tawuran antar pelajar, judi, dan lain-lain. Banyak faktor-faktor yang dapat menimbulkan sebuah permasalahan, baik secara intern, atau secara ektern peserta didik. Maka perlu pendampingan yang sangat intens dari pendidk dan para orang tua.Hal ini di maksudkan  minimalnya bisa meminimalisir permasalahan yang timbul pada peserta didik. Setelah dianalisis, orang tua dan pendidik sangat berperan aktif dalam proses perkembangan peserta didik.Maka jika orang tua terlalu sibuk dengan urusannya maka banyak permasalahan yang timbul untuk menarik perhatian orang tua. Dari permasalahan-permasalahan yang timbul tersebut  dapat berimplikasi besar pada jiwanya, psikologinya, pendidikannya, kehidupannya atau masa depannya kelak. Sebenarnya banyak cara untuk mengurangi dan mencegah permasalahan ini terjadi. Mulai dari lingkungan yang baik, pendekatan agama, pendidik yang membimbing peserta didiknya dengan baik, serta orang tua yang memberi perhatian banyak. Tetapi faktor dari diri sendiri yang paling dominan dan menentukan, yaitu motivasi dari diri sendiri. Maka walaupun lingkungan yang kurang baik, kurang perhatian dari orang tua dan faktor penghambat lain kalau motivasi dalam dirinya kuat maka permasalahn yang timbul akan sedikit.
B.    Analisis Praktis
Ada sebuah artikel yang menyangkut masalah peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, berikut ceritanya :
JAKARTA – Peristiwa penganiayaan (bullying) yang dilakukan siswa SMA Don Bosco terhadap juniornya menuai kecaman dari berbagai kalangan.Tak sedikit yang beranggapan bahwa pihak sekolah gagal membentuk moral murid didiknya.
Namun jika dikaji lebih jauh, pihak sekolah bukanlah satu-satunya lembaga yang harus bertanggung jawab dalam peristiwa seperti. Konsultan Remaja dari Nine B Student Clinic, Anrio Marfizal, beranggapan bahwa orang rumah dalam hal ini keluarga, justru menjadi pihak harus lebih disorot terkait karakter pelaku bullying. Sebab, murid didik lebih sering menghabiskan waktu di luar ketimbang di dalam sekolah.
“Moral itu timbul dari masing-masing anak.Sekolah membuktikan tidak membina mental bagi muridnya.Bagi saya sekolah bukan bengkel yang keluar semuanya akan menjadi orang baik, tapi ada pihak keluarga di sana yang juga memiliki tanggung jawab,” tegas Anrio saat berbincang dengan Okezone, Senin (30/7/2012).
Anrio berpendapat, karakter siswa yang kerap melakukan bullying di sekolahnya dinilai karena kurang mendapatkan perhatian, pengakuan, serta kasih sayang dari orangtuanya. Karena itu, sang siswa tadi kerap memilih pengakuan dari orang lain salah satunya dengan cara melakukan bullying terhadap juniornya.
“Anak-anak yang mencari eksistensi di lingkungan luar tanpa kasih sayang yang tertanam dalam keluarga akan membuat sifat anak tersebut menjadi agresif. Kalau di rumah sudah ditanamkan kasih sayang dengan baik, siswa tadi akan menyadari kalau menyakiti orang lain adalah tindakan yang tidak baik,” tandasnya.
Dirinya mengimbau, pihak sekolah dan keluarga dapat terus bersama mengawasi perkembangan murid didik. Dengan demikian, Anrio yakin tindakan kekerasan di sekolah tak akan terjadi lagi. “Jangan sampai orang tua hanya mencukupi anaknya dengan kebutuhan materi saja, tetapi harus tetap diawasi dan diarahkan agar yang dilakukan si anak tidak negatif dan merugikan orang lain,” pungkas Anrio.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Pihak SMA Seruni Don Bosco, Pondok Indah, memberikan cerita singkat mengenai kronologi peristiwa bullying yang terjadi di sekolahnya. Kronologi ini didapat dari hasil pemeriksaan siswa-siswa yang terkait.
Kejadian itu terjadi seusai pulang sekolah pada hari Selasa 25 Juli lalu sekira pukul 13.45 WIB. Seorang siswa kelas X dikirimi pesan BlackBerry Messanger (BBM) oleh seorang kakak kelasnya kelas XII untuk ajakan 'nongkrong' di salah satu tempat yang bernama 'Pertok' di kawasan Pondok indah.
Sebelum sang siswa pergi untuk memenuhi ajakan itu, dia mengajak tiga orang rekannya untuk menemani. Bersama sang kakak kelas tadi, mereka berempat janjian di tempat bernama 'Papilon'. Dari 'Papilon' anak kelas X tadi diajak ke 'Pertok' menggunakan mobil. Di 'Pertok', sudah ada siswa kelas X dan XII lainnya yang menunggu. Siswa yang baru tadi langsung di suruh jongkok dan melepas jaket mereka.
"Saat jaket dibuka, anak kelas X ditempeleng.Mereka tidak melihat siapa yang menempeleng karena dalam keadaan menunduk," kata Wakil Kepala Sekolah Biang Kesiswaan SMA Don Bosco, Gerardus Gantur, belum lama ini.
Para siswa kelas X tadi mengaku tidak mengetahui siapa yang menempeleng mereka. Yang diakui para siswa kelas X, ada sekitar 18 orang di tempat tersebut delapan orang merupakan siswa kelas XII sedang yang lainnya tidak dikenalnya.
Dia menjelaskan, dari pengakuan para korban yang merupakan siswa kelas XII, kebanyakan mereka mendapatkan tempelengan sebanyak dua sampai tiga kali dibagian kepala.Ada yang dua kali tiga kali, pemukulan di kepala."Yang paling parah, Ary disundut rokok," imbuh dia.
Kasus Bullying ini dilaporkan keluarga Ary ke Polres Jakarta Selatan, Rabu 25 Juli malam.Dalam laporan tersebut Ary yang merupakan siswa baru di Don Bosco menyebut dianiaya oleh 18 orang yang merupakan kakak kelasnya.
Selain itu, dalam laporan tersebut juga dilampirkan hasil visum Ary dibagian tengkuk akibat luka sundutan. Dalam laporan tersebut ada dua orang korban lain selain Ary. Sayangnya, hanya Ary yang melapor ke polisi.
Berdasarkan analisis kejadian tersebut, adapun solusinya yaitu :
1.    Perlu adanya perhatian dari pihak kedua orang tua.
2.    Pengawasan dari pihak sekolah
3.    Diberi pengetahuan yang lebih luas, sehingga bisa mengetahui mana yang benar maupun mana yang salah.

BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.    Kesimpulan
Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat Apabila gagal dalam tugas perkembangannya, dalam mengembangkan rasa identitasnya. Maka remaja akan kehilangan arah. Dampaknya remaja akan mengembangkan perilaku menyimpang,melakukan kriminalitas atau menutup diri (mengisolasi diri) dari masyarakat karena tidak menduduki posisi yang harmonis dalam masyarakat. Faktor penyebab kenakalan remaja yakni : Faktor pribadi dan faktor lingkungan.

B.    Rekomendasi
Pendekatan dan pemecahannya dari pendidikan merupakan salah satu jalan yang paling strategis untuk mengatasi delikuensi pada remaja karena sebagian besar remaja yang bersekolah dengan para pendidik mempunyai paling banyak kesempatan berkomunikasi dan bergaul. Metode untuk mengatasi delikuensi pada remaja yaitu mengatasi masalah-masalah yang dapat mengakibatkan delikuensi pada remaja, contohnya perkembangan fisik dan psikomotorik, perkembangan bahasa dan perilaku kognitif, perkembangan perilaku sosial, moralitas, dan keagamaan, perkembangan perilaku afektif, kognitif dan kepribadian.

DAFTAR PUSTAKA

Budiamin, Amin, M. Pd. Drs. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: UPI PRESS
Desmita, Dra, M. Si., 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung. PT REMAJA ROSDAKARYA
Kusmaedi, Nurlan. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Bw. Design
LN, Syamsu Yusuf, dkk.2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Raja GrafindoPersada
Sinolungan, A. E.1997. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Toko Gunung Gung
Syamsudin Makmun, Abin. 2007. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Http://jakarta.okezone.com/read/2012/07/30/500/670538/siswa-hobi-bullying-karena-kurang-perhatian-dari-rumah
Http://superthowi.wordpress.com/2012/03/18/perkembangan-peserta-didik/
Http://tonymdr.blogspot.com/p/isu-dan-permasalahan-peserta-didik.html

Pembagian tugas
Annisa     : mencari materi, menganalisis, mengumpulkan buku, menyusun, browsing, diskusi
Dea    : mencari materi, menganalisis, menyusun dan merapihkan makalah, menyediakan laptop, browsing, diskusi, mengirim lewat email.
m. asyam : mencari materi menganalisis, mengedit, menyusun, browsing, diskusi
suroya    : mencari materi, menganalisis, mengumpulkan buku,  menyusun, menyediakan laptop, browsing, diskusi.

Related Post



Tidak ada komentar:

Posting Komentar