Sabtu, 03 November 2012

Konsep Perkembangan

A. Pengertian pertumbuhan (growth), kematangan (maturation), belajar (learning), dan latihan (exercises) serta keterkaitannya dengan perkembangan (development).
Konsep dasar perkembangan di sini dimaksudkan sebagai perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya (maturity) yang berlangsung secara sistematik (Lefrancois, 1975:197) progresif (Witherington, 1952:57) dan berkesinambungan (Hurlock, 1956:7), baik mengenal fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)-nya.
Terdapat beberapa istilah yang bertalian dan sering diasosiasikan dengan konsep perkembangan (development) tersebut, antara lain pertumbuhan (growth), kematangan atau masa peka (maturation) dan belajar (learning) atau pendidikan (education) serta latihan (training/exercise)
Dengan istilah pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan alamiah secara kuantitatif pada segi jasmaniah atau fisik (Lefrancois, 1975:180) dan atau menunjukkan kepada suatu fungsi tertentu yang baru (yang tadinya belum tampak) dari organisme atau individu, baik fisik maupun psikis (termasuk pola-pola perilaku dan sifat-sifat kepribadian), dalam arti yang luas (Witherington 1952:87-88, & Hurlock, 1956)
Kematangan atau masa peka menunjukkan kepada suatu masa tertentu yang merupakan titik kulminasi dari suatu fase pertumbuhan (Witherington, 1952:88) sebagai titik tolak kesiapan (readiness) dari sesuatu fungsi (psikofisis) untuk menjalankan fungsinya (Hurlock, 1956)
Belajar atau pendidikan dan latihan, menunjukkan kepada perubahan dalam pola-pola sambutan atau perilaku dan aspek-aspek kepribadian tertentu sebagai hasil usaha individu atau organisme yang bersangkutan dalam batas-batas waktu setelah tiba masa pekanya. Dengan demikian, dapat dibedakan bahwa perubahan-perubahan perilaku dan pribadi sebagai hasil belajar itu berlangsung secara intensional atau dengan sengaja diusahakan oleh individu yang bersangkutan, sedangkan perubahan dalam arti pertumbuhan dan kematangan berlangsung secara alamiah menurut jalannya pertambhan waktu atau usia yang ditempuh oleh yang bersangkutan.
Lefrancois (1975:180) berpendapat bahwa konsep perkembangan mempunyai makna yang luas, mencakup segi-segi kuantitatif dan kualitatif serta aspek-aspek fisik-psikis seperti yang terkandung dalam istilah-istilah pertumbuhan, kematangan dan belajar atau pendidikan dan latihan.

B. Definisi perkembangan (development) serta implikasinya dalam pendidikan.
Pada dasarnya, perkembangan merujuk kepada perubahan sistematik tentang fungsi-fungsi fisik dan psikis. Perubahan fisik meliputi perkembangan biologis dasar sebagai hasil dari konsepsi (pembuahan ovum dan sperma), dan hasil dari interaksi proses biologis dan genetika dengan lingkungan. Sementara perubahan psikis menyangkut keseluruhan karakteristik psikologis individu, seperti perkembangan kognitif, emosi, sosial, dan moral.
Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan kualitatif individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, sampai masa dewasa.
Perkembangan dapat diartikan juga sebagai “suatu proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik fisik (jasmaniah), maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan”.
Yang dimaksud dengan sistematis, progresif, dan berkesinambungan adalah sebagai berikut.
1. Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling ketergantungan atau saling memengaruhi antara bagian-bagian organisme (fisik dan psikis) dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Contoh prinsip ini, seperti kemampuan berjalan kaki seiring dengan matangnya otot-otot kaki, atua berkembangnya minat untuk memerhatikan lawan jenis seiring dengan matangnya hormon seksual.
2. Progresif, berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat, mendalam atau meluas, baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis). Contohnya, seperti terjadinya perubahan proporsi dan ukuran fisik anak (dari pendek menjadi tinggi, dari kecil menjadi besar); dan perubahan pengetahuan dan kemampuan anak, dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks (mulai dari mengenal huruf dan angka sampai kepada kemampuan membaca, menulis dan berhitung).
3. Berkesinambungan, berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan atau loncat-loncat. Contohnya, untuk dapat berjalan, seorang anak harus menguasai tahapan perkembangan sebelumnya, yaitu telentang, tengkurap, duduk, merangkak, dan berdiri; untuk mampu berbicara, anak harus melalui tahapan meraban, atau untuk mencapai masa dewasa, individu harus melalui masa remaja, anak, kanak-kanak, bayi dan masa konsepsi.

C. Prinsip-prinsip perkembangan serta implikasinya dalam pendidikan.
1. Perkembangan Merupakan Proses yang Tidak Pernah Berhenti (Never Ending Process)
Individu secara terus-menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan, baik fisik maupun psikis berlangsung secara terus0menerus sejak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua.
2. Semua Aspek Perkembangan Saling Memengaruhi
Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, intelektual, emosi, sosial, maupun moral-spiritual, satu sama lainnya saling memengaruhi. Pada umumnya terdapat hubungan atau korelasi yang positif antara aspek-aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami kemandegan dalam perkembangan aspek lainnya, seperti: kecerdasan dan emosinya. Begitu pula, apabila perkembangan spiritualitas keagamaan anak kurang baik, maka anak akan berkembang menjadi seorang yang berkarakter atau berkepribadian yang tidak baik.
3. Perkembangan Mengikuti Pola atau Arah Tertentu
Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan tahap selanjutnya, dan merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Menurut Yelon dan Weinstein (1977) pola perkembangan itu sebagai berikut.
a. Cephalocaudal (Perkembangan itu dimulai dari kepala ke kaki) dan Proximodistal (Perkembangan itu dimulai dari tengah)
b. Struktur mendahului fungsi, yang berarti bahwa anggota tubuh individu akan berfungsi setelah matang strukturnya.
c. Perkembangan itu berdiferensiasi, yang berarti bahwa perkembangan fisik maupun psikis berlangsung dari umum ke khusus (spesifik)
d. Perkembangan berlangsung dari konkret ke abstrak, yang berarti bahwa perkembangan itu berproses dari kemampuan berpikir konkret (objeknya tampak) menuju ke abstrak (objeknya tak tampak)
e. Perkembangan berlangsung dari egosentrisme ke perspektivisme, yang berarti bahwa pada mulanya seorang anak hanya memerhatikan dirinya sebagai pusat, atau hanya mementingkan keinginan, kebutuhan dirinya sendiri. Melalui pengalamannya bergaul dengan orang lain (khususnya teman sebaya), sikap egosentris itu secara perlahan-lahan berubah jadi perspektivis (anak sudah mulai memerhatikan kepentingan orang lain)
f. Perkembangan berlangsung dari out-control ke inner-control, yang berarti bahwa pada awalnya anak sangat tergantung kepada pengawasan atau bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan atau untuk melakukan suatu kegiatan yang terkait dengan kedisiplinan. Seiring dengan bertambahnya pengalaman atau belajar dari pergaulan sosial tentang norma atau nilai-nilai, baik di linkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat, anak dapat mengembangkan kemampuannya untuk mengontrol tindakan atau perilakunya oleh dirinya sendiri (inner-control).
4. Perkembangan Terjadi Pada Tempo yang Berlainan
Perkembangan fisik dan psikis mencapai kematangannya terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda (ada yang cepat dan ada yang lambat).
5. Setiap Fase Perkembangan Mempunyai Ciri Khas, Prinsip ini dapat dijelaskan dengan contoh:
a. sampai usia 2 tahun, aak memusatkan perhatiannya untuk menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara
b. pada usia 3-6 tahun, perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan orang lain)
6. Setiap Individu yang Normal Akan Mengalami Tahapan atau Fase Perkembangan
Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani kehidupannya yang normal dan berusia panjang, individu akan mengalami masa atau fase perkembangan : masa konsepsi, bayi, kanak-kanak, anak, remaja, dan dewasa. Tahapan perkembangan manusia itu dijelaskan dalam Al-Qur’an, surat Al-Hajj ayat 5, yang artinya sebagai berikut.
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan, maka ketahuilah sesungguhan kami telah menciptakan kamu dari tanah (turab), kemudian dari tetesan mani (nuthfah), kemudian segumpal darah (alaqah), kemudian struktur daging (mudhgah) yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepadamu, dan Kami tetapkan dalam rahim siapa yang Kami kehendaki sampai waktu yang ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian berangsur-angsur kamu menjadi dewasa, dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan ada pula yang diperpanjang umurnya sampai pikun, supaya tidak diketahui lagi sesuatu pun yang dulu diketahuinya.
Sejatinya, setiap manusia memiliki tahapan perkembangan seperti tersebut di atas, hanya dalam kenyataannya tidak semua manusia memiliki perjalanan hidup sesuai dengan rentang tahapan perkembangan tersebut. Ada individu yang hidupnya hanya sampai masa bayi, kanak-kanak, anak, atau remaja. Namun, ada juga yang rentang kehidupannya sampai usia dewasa atau masa pikun (usia lanjut).

D. Tahapan Perkembangan.
Tahap-Tahap perkembangan Intelek/kognitif (Pikiran)
a. Tahap Sensor Motorik
Dialami anak usia 0-2 tahun. Pada tahap ini, interaksi anak dengan orang tuanya
terutama dilakukan melalui perasaan dan otot-ototnya. Dan ditandai dengan karakter yang menonjol
contoh karakter:
- Tindakan bersifat Naluri
- Aktifitas didasarkan pada pengalaman Indera.
- Individu mampu melihat dan meresapi pengalaman. tapi belum mampu mengategorikan
b. Tahap Pra-Operasional
Berlangsung pada 2 – 7 tahun. tahap ini disebut juga tahap intuisi. karena perkembangan kogitifnya memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana Intuitif, artinya semua perbuatan rasionalnya tidak didukung oleh pimikiran, tapi oleh unsur perasaan yang cenderung alami.
contoh karakter:
- Cara berpikir imajinatif
- bahasa yang bersifat egosentris
- rasa ingin tahu yang tinggi
- bahasanya berkembang pesat
c. Tahap Operasional Kongkret
Pada usia 7-11 tahun. tahap ini mulai menyesuaikan diri dengan realitas kongkret(nyata) dan sudah mulai berkembang rasa ingin tahunya.
Contoh karakter:
- sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana
kenyataan yang mereka alami. sehingga cara berpikir individu belum menangkap
yang abstrak, meski cara berpikirnya tampak sistematis dan logis.
d. Tahap Operasional Formal.
Tahap ini dialami pada usia 11 tahun keatas. pada masa ini, anak telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya.
Contoh karakteristik:
- Individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi.
- mampu.

Tahapan Perkembangan Kepribadian
Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun dalam kenyataannya sering ditemukan bahwa perubahan kepribadian  dapat dan mungkin terjadi, terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada faktor fisik.
Erikson dalam Nana Syaodih Sukmadinata, 2005 mengemukakan bahwa,
tahapan perkembangan kepribadian yaitu:
1.   Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.
2.   Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya kecenderungan autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai-batas-batas tertentu anak sudah  bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain  dia ga telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
3.   Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
4.   Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
5.   Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan–kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas  diri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.
6.   Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini  ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.
7.   Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity – stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal – hal tertentu ia mengalami hambatan.
8.   Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya.
Fase-fase Perkembangan Manusia
Tahap tahap perkembangan manusia memiliki fase yang cukup panjang. Untuk tujuan pengorganisasian dan pemahaman, kita umumnya menggambarkan perkembangan dalam pengertian periode atau fase perkembangan.
Klasifikasi periode perkembangan yang paling luas digunakan meliputi urutan sebagai berikut: Periode pra kelahiran, masa bayi, masa awal anak anak, masa pertengahan dan akhir anak anak, masa remaja, masa awal dewasa, masa pertengahan dewasa dan masa akhir dewasa.
Perkiraan rata rata rentang usia menurut periode berikut ini memberi suatu gagasan umum kapan suatu periode mulai dan berakhir. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai pada setiap periode tahap tahap perkembangan manusia dalam buku Life-Span Development oleh John Santrock:
Periode prakelahiran (prenatal period) ialah saat dari pembuahan hingga kelahiran. Periode ini merupakan masa pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel tunggal hingga menjadi organisme yang sempurna dengan kemampuan otak dan perilaku, yang dihasilkan kira kira dalam periode 9 bulan.
Masa bayi (infacy) ialah periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa. Banyak kegiatan psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan seperti bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor, dan belajar sosial.
Masa awal anak anak (early chidhood) yaitu periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah. Selama masa ini, anak anak kecil belajar semakin mandiri dan menjaga diri mereka sendiri, mengembangkan keterampilan kesiapan bersekolah (mengikuti perintah, mengidentifikasi huruf), dan meluangkan waktu berjam jam untuk bermain dengan teman teman sebaya. Jika telah memasuki kelas satu sekolah dasar, maka secara umum mengakhiri masa awal anak anak.
Masa pertengahan dan akhir anak anak (middle and late childhood) ialah periode perkembangan yang merentang dari usia kira kira enam hingga sebelas tahun, yang kira kira setara dengan tahun tahun sekolah dasar, periode ini biasanya disebut dengan tahun tahun sekolah dasar. Keterampilan keterampilan fundamental seperti membaca, menulis, dan berhitung telah dikuasai. Anak secara formal berhubungan dengan dunia yang lebih luas dan kebudayaan. Prestasi menjadi tema yang lebih sentral dari dunia anak dan pengendalian diri mulai meningkat.
Masa remaja (adolescence) ialah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.
Masa awal dewasa (early adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia duapuluhan tahun dan yang berakhir pada usia tugapuluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh anak anak.
Masa pertengahan dewasa (middle adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada usia kira kira 35 hingga 45 tahun dan merentang hingga usia enampuluhan tahun. Ini adalah masa untuk memperluas keterlibatan dan tanggung jawab pribadi dan sosial seperti membantu generasi berikutnya menjadi individu yang berkompeten, dewasa dan mencapai serta mempertahankan kepuasan dalam berkarir.
Masa akhir dewasa (late adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada usia enampuluhan atau tujuh puluh tahun dan berakhir pada kematian. Ini adalah masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali kehidupannya, pensiun, dan penyesuaian diri dengan peran peran sosial baru.


DAFTAR PUSTAKA

Ali Mohammad, dkk. 2008. Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara
Makmum, Abin Syamsudin. 2007. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT  Rosdakarya.
Sugandhi, Nani M, dkk. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Yusuf , Syamsu LN, dkk. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
http://belajarpsikologi.com/tahapan-perkembangan-kepribadian/
http://bio-sanjaya.blogspot.com/2011/12/teori-piaget-tahap-perkembangan.html/
http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/25/makalah-perkembangan-peserta-didik/
http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/07/makalah-perkembangan-peserta-didik.html
http://maoapaadadisini.blogspot.com/2011/06/perkembangan-pada-psikologi-pendidikan.html
http://superthowi.wordpress.com/2012/03/18/perkembangan-peserta-didik/
http://www.psikologizone.com/fase-fase-perkembangan-manusia/06511465
http://zhuldyn.wordpress.com/materii-lain/perkembangan-peserta-didik/

Related Post



Tidak ada komentar:

Posting Komentar