Jumat, 19 Oktober 2012

080 Manajemen Resiko

Jika dalam trading-system fokus utamanya adalah mencari profit, maka dalam manajemen resiko fokus utamanya adalah meminimalkan dampak kerugian. Untuk berhasil dalam trading forex anda harus menguasai keduanya dengan baik. Jika anda memiliki trading system terhebat di dunia, akan tetapi anda mengabaikan manajemen resiko, bisa terjadi suatu saat anda akan mengalami kerugian yang fatal dan mungkin bisa mebuat anda kehilangan seluruh kapital, berapapun besarnya. Kasus-kasus kerugian fatal dalam forex (dan trading spekulatif lain) selalu terjadi karena diabaikannya manajemen resiko, umumnya disebabkan sikap keserakahan yang berlebihan. Kasus yang paling menghebohkan mungkin adalah bangkrutnya Barings Bank pada tahun 1995 akibat kecerobohan seorang trader bernama Nick Leeson yang mengabaikan semua prinsip-prinsip manajemen resiko. Apa yang terjadi pada Barings Bank juga terjadi di Indonesia dalam kasus bangkrutnya Bank Duta.

Jika dunia perbankan yang dipenuhi para profesional di bidang finansial dapat mengalami kerugian fatal semacam itu, maka siapapun di dunia ini, termasuk anda dan saya, bisa mengalami nasib yang sama JIKA mengabaikan manajemen resiko dalam melakukan trading.

Forex adalah bisnis, bukan JUDI


Seandainya seorang trader selalu memperoleh keuntungan dalam setiap transaksi maka manajemen resiko bukanlah hal yang penting. Tapi dalam dunia nyata tidak ada trader ideal yang semacam itu. Bahkan trader terbaik di dunia sekalipun pernah mengalami kerugian dan menjadikan kerugian sebagai resiko yang harus diperhitungkan.

Ada banyak trader yang terjun bertransaksi dengan harapan besar untuk meraup keuntungan tanpa memperhitungkan resiko kerugian dan keterbatasan dana yang tersedia di accountnya. Kemungkinan adanya kerugian tidak diperhitungkan secara rasional tapi dihadapi dengan sikap emosional: berani atau tidak. Ada istilah yang lebih tepat untuk trader semacam itu, yaitu PENJUDI! Dan hasilnya sudah bisa ditebak: hanya dalam hitungan hari mereka akan kehilangan seluruh accountnya, tidak peduli berapapun besar accountnya. Orang semacam ini tidak melihat forex sebagai bisnis yang memberikan keuntungan dalam jangka panjang. Yang mereka harapkan adalah semacam 'jackpot' yang bisa membuat mereka kaya raya dalam semalam.

Dengan menggunakan manajemen resiko anda tidak hanya terlindungi dari kemungkinan kerugian fatal, tapi anda juga akan mampu menjadikan forex sebagai lahan yang sungguh-sungguh memberikan keuntungan dalam jangka panjang. Trader yang melengkapi dirinya dengan manajemen uang yang baik akan mampu mengontrol kerugian yang terjadi sehingga selalu memiliki kesempatan untuk menutup  kerugian yang dialami pada trading berikutnya.

Sekalipun ia mengalami kerugian berturut-turut, dengan prinsip manajemen keuangan yang baik seorang trader tahu kapan harus berhenti melakukan trading untuk sementara waktu. Dengan demikian ia punya cukup waktu untuk menganalisis kondisi pasar dengan lebih baik dan bisa meraih keuntungan pada trading berikutnya.

Manajemen resiko yang baik akan membantu seorang trader untuk tetap bersikap rasional dan berpikir dengan jernih. Setiap trader yang berpengalaman tahu persis bahwa kemampuan bersikap rasional pengaruhnya sangat besar dalam forex.

Drawdown Maksimum

Sewaktu anda memutuskan untuk melakukan trading, anda tidak boleh hanya menetapkan target keuntungan yang akan anda raih. Anda juga harus menetapkan
batas kertugian yang boleh terjadi sebelum anda memutuskan untuk keluar arena atau melakukan evaluasi. Dengan kata lain anda harus menetapkan ‘drawdown maksimum’ yang boleh terjadi.

Ini adalah langkah awal dalam manajemen resiko. Jika anda tidak melakukan ini, sikap emosional yang terjadi saat anda mengalami kerugian bisa menyeret anda ke dalam kerugian demi kerugian yang semakin dalam yang bisa berakibat fatal. Harus anda pahami bahwa dalam trading kemungkinan rugi selalu ada, bahkan pada trader paling hebat sekalipun. Yang membedakan trader hebat dan trader yang ‘merasa hebat’ adalah ini: trader hebat tahu kapan harus berhenti saat mengalami kerugian, sedangkan trader yang ‘merasa hebat’ selalu yakin dia bisa membalikkan keadaan.

Bisa jadi, beberapa kali keadaan memang berbalik arah dan trader semacam ini selamat dari lubang jarum. Tapi cukup sebuah pergerakan negatif (merugikan) yang panjang akan dapat menghabiskan seluruh keuntungan yang diraih, bahkan lebih parah lagi bisa menyeret seluruh equity yang ada.

Dalam menetapkan drawdown maksimum anda harus menyadari bahwa semakin besar drawdown yang terjadi maka semakin sulit juga upaya yang harus anda lakukan untuk mengembalikan modal.



Jadi misalnya anda memiliki equity sebesar $10.000 dan anda mengalami kerugian total sebesar 50% dan equity anda tinggal $5000, maka untuk mengembalikan modal anda harus mendapatkan keuntungan sebesar 100%. Dan ini sudah pasti merupakan beban berat yang akan membuat stress dalam bertrading. Biasanya akibat stress yang berlebihan, anda akan kehilangan seluruh kapital dalam hitungan hari…

Jadi langkah awal dalam manajemen resiko adalah menetapkan ‘drawdown maksimum’ yang boleh terjadi. Besarnya memang relatif, tapi aturan yang paling sederhana adalah ini: semakin besar equity maka semakin kecil pula drawdown maksimum yang boleh terjadi.

Jika anda memiliki deposit $100 tentu drawdown sebesar 50% masih sangat wajar. Akan tetapi ketika anda menangani account dengan nilai $10.000 maka drawdown maksimum sebaiknya tidak melebihi 20%.



Lalu apa yang terjadi jika drawdown maksimum ini tercapai? Satu hal yang segera harus dilakukan adalah menghentikan semua kegiatan trading untuk sementara waktu. Anda perlu waktu untuk beristirahat selama beberapa hari. Setelah itu anda dapat melakukan evaluasi yang diperlukan sambil menanti kondisi pasar kembali kondusif dan anda bisa kembali melakukan aktivitas trading.

Resiko Per Transaksi

Tentunya kita tidak ingin drawdown maksimum ini tercapai dalam waktu yang singkat dan memaksa kita menghentikan aktivitas trading, meski untuk sementara. Ini dapat dilakukan dengan mengatur resiko per transaksi sedemikian rupa sehingga kerugian yang berturut turut (yang bisa dialami oleh siapapun) tidak perlu mengenai drawdown maksimum.

Itu sebabnya selain menentukan drawdown maksimum, anda juga harus menentukan resiko maksimum per transaksi.

Aturan dasarnya juga sama dengan drawdown maksimum: semakin besar kapital yang kita gunakan maka semakin kecil resiko transaksi.

Tabel berikut akan menggambarkan perbedaan yang besar antara seorang trader yang menetapkan resiko maksimal 2% dan trader lain yang menetapkan resiko maksimal 10% untuk setiap transaksi yang dilakukannya.



Dalam situasi yang demikian buruk dimana terjadi loss 10 kali berturut-turut, equity yang tersisa pada trader dengan resiko 2% masih cukup besar, lebih dari 80% nilai equity semula. Sementara itu trader yang menerapkan resiko 10% mengalami drawdown yang sangat dalam sehingga equity-nya tersisa kurang dari 40% nilai semula.

Akibatnya jelas, trader yang pertama masih dapat melanjutkan trading dengan kepala dingin sementara trader yang kedua kemungkinan besar akan mengalami stress dan tidak mampu melakukan trading dengan baik alias akan semakin terpuruk.

Dalam kenyataannya banyak sekali trader yang terjebak dengan memberikan resiko yang terlalu tinggi (10% atau lebih). Ini biasanya karena target profit yang juga terlalu tinggi. Pada kondisi ini cepat atau lambat trader tersebut akan mengalami kehancuran. Tidak peduli berapa kali trader tersebut dapat meraih keuntungan sebelumnya, satu hari yang buruk sudah cukup menghancurkan equity trading, seberapapun besarnya.

Jadi seberapa besar sesungguhnya kita menetapkan resiko untuk setiap transaksi? Ini memang relatif. Tapi aturannya tidak berbeda dengan penetapan drawdown maksimum: semakin besar equity, semakin kecil resiko yang boleh diambil dalam setiap transaksi.



Menetapkan Volume Transaksi

Sebenarnya untuk menerapkan resiko maksimum dalam setiap transaksi kita bisa melakukannya dengan dua cara: mengatur stop-loss atau mengatur volume transaksi. Tetapi mengatur stop-loss biasanya kurang disukai karena pada umumnya stop-loss terkait dengan sistem trading dan cenderung sudah memiliki besaran tersendiri.

Untuk itu yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur besarnya volume transaksi.

Misalkan anda melakukan trading dengan kondisi sebagai berikut:
- Equity sebesar $10.000
- Resiko maksimal sebesar 2%.
- Stop-loss yang biasa anda gunakan adalah sebesar 50 pip.

Maka kerugian maksimum yang boleh terjadi untuk setiap transaksi adalah, 2% x $10.000 = $200.

Sementara itu dengan stop-loss sebesar 50 pip maka nilai setiap pip untuk transaksi yang akan anda lakukan adalah, $200 / 50 = $4 untuk setiap pip.

Dari nilai ini kita bisa menghitung volume transaksi maksimum dengan cara membagi nilai setiap pip dengan 0,0001.

Volume transaksi maksimum: $4 / 0,0001 = $40.0000 Atau sama dengan 0,4 lot saja.

Jadi kalau ada broker forex yang menetapkan batas minimum transaksi sebesar 1 lot maka equity minimum yang harus disiapkan untuk melakukan trading dengan manajemen resiko yang baik seharusnya tidak kurang dari $25.000! Kurang dari itu, maka penerapan manajemen resiko yang baik menjadi tidak mungkin dan bisa dipastikan account tersebut tidak akan bertahan lama.

Dari perhitungan di atas kita juga bisa menyimpulkan bahwa manajemen resiko yang baik menuntut seorang trader untuk bersikap realistis dalam menetapkan target profit dan resiko.

Rob Booker, salah seorang trader dan forex-trainer top dunia selalu menyarankan para trader untuk tidak mengambil resiko lebih dari 1% dalam setiap transaksi. Ini adalah saran yang bagus, sayangnya banyak trader mengabaikan hal ini karena tergiur untuk meraih profit yang besar. Konsekuensinya, mau tidak mau terpaksa menerima resiko yang besar juga.

Dalam situasi normal target profit (dan resiko) yang besar tidak menjadi masalah. Hanya menjadi masalah manakala terjadi situasi trading yang buruk, misalnya terjadi kesalahan dalam analisis dan prediksi atau muncul siruasi tak terduga yang membuat pasar berbalik arah. Dalam banyak kasus, kondisi seperti ini akan menjadi kuburan buat para trader yang terbiasa mengambil resiko dan target besar.

Perlakukan ketentuan manajemen resiko yang baik ini seperti kewajiban mengenakan helm atau sabuk pengaman. Dalam situasi normal sepertinya penggunaan helm dan sabuk pengaman tidak berguna serta menghambat kebebasan. Tapi cukup sebuah kecelakaan akan mebmuat anda berterima kasih telah menggunakannya.

Related Post



Tidak ada komentar:

Posting Komentar