RESUME
TEKNIK-TEKNIK
DASAR PEMAHAMAN INDIVIDU DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
Diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling yang diampu oleh Dr.
Hj. Euis Farida, M.Pd
dan Teten Karina, S.Pd
Disusun Oleh :
Nama
: Muhammad
Asyam Farrosi
NIM
: 1202445
Prodi
: Pendidikan
Kimia / B
Jurusan Pendidikan Kimia
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung
2015
A. Pengertian Pemahaman Individu
Pemahaman
individu adalah merupakan awal dari kegiatan bimbingan konseling. Tanpa adanya
pemahaman terhadap iondividu, sangat sulit bagi Guru Pembimbing untuk
memberikan bantuan karena pada dasarnya bimbingan adalah bantuan dalam rangka
pengembangan pribadi.
Pemahaman
individu oleh Aiken (1997:454) diartikan sebagai “Appraising the presence or
magnitude of one or more personal characteristic. Assessing human behavior and
mental processes includes such procedures as observations, interviews, rating
scale, check list, inventories, projective techniques, and tests”. Pengertian
tersebut diartikan bahwa pemahaman individu adalah suatu cara untuk memahami,
menilai atau menaksir karakteristik, potensi, dan atau masalah-masalah
(gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok individu. Cara yang digunakan
meliputi observasi, interview, skala penilaian, daftar cek, inventori, teknik
projektif, dan beberapa jenis tes.
Adapun
hal-hal yang perlu dipahami dari seorang individu dalam rangka pelaksanaan
bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
1.
Identitas
diri, yaitu berbagai aspek yang secara langsung menjadi keunikan pribadi.
2.
Kondisi
jasmaniah dan kesehatan.
3.
Kapasitas
(intelegensi) dan kecakapan.
4.
Sikap
dan minat.
5.
Watak
dan temperamen.
6.
Cita-cita
sekolah dan pekerjaan
7.
Aktivitas
sosial.
8.
Hobi
dan pengisian waktu luang.
9.
Kelebihan
atau keluarbiasaan dan kelainan-kelainan yang dimiliki.
10.
Latar
belakang keluarga siswa.
B. Data Pemahaman Individu
Pemahaman individu siswa dapat dilakukan melalui beberapa sumber,
yaitu:
1. Sumber pertama yaitu siswa
itu sendiri yang dapat dilakukan melalui wawancara, observasi ataupun teknik
pengukuran.
2. Sumber kedua yaitu orang tua
siswa dan keluarga terdekat siswa, guru-guru yang pernah mengajar dan bergaul
lama dengan siswa, temannya, dokter pribadi dan sebagainya.
Prinsip-prinsip pengumpulan dan penyimpanan data, yaitu:
1. Kelengkapan data
Data
yang dikumpulan hendaknya mencakup beberapa hal, yaitu:
a. data potensi dan data
kekuatan atau kecakapan-kecakapan yang dimilikinya,
b. aspek intelektual, sosial,
emosional, fisik dan motorik,
c. kebutuhan,
d. tantangan ancaman dan masalah
yang dihadapi,
e. karakteristik permanen
ataupun temporer.
2. Relevansi data
Data
yang dihimpun hendaknya data yang sesuai atau relevan dengan kebutuhan layanan
bimbingan dan konseling.
3. Keakuratan data
Data
yang akurat berhubungan dengan prosedur dan teknik pengumpulan data. Empat hal
yang berkenaan dengan pengumpulan data ini, yaitu:
a. Validitas data
b. Validitas instrumen
c. Proses pengumpulan data yang
benar
d. Analisis data yang tepat
4. Efisiensi penyimpanan data
Data
yang sudah diolah, selanjutnya disimpan dalam kartu atau buku catatan pribadi.
Sekarang data tersebut disimpan secara elektronik dalam komputer (soft file/CD)
sehingga tidak memerlukan tempat yang banyak dan ruang data yang luas.
5. Efektivitas penggunaan data
Data
yang tersedia hendaknya dapat memberikan dukungan terhadap pemberian layanan
bimbingan dan konseling
Macam-macam data
1. Kecakapan
a. Kecakapan potensial
(potensial ability) diperoleh secara heriditer (pembawaan kelahirannya)
1) Abilitas dasar umum (general
inteligence) atau kecerdasan.
2) Abilitas dasar khusus dalam
bidang tertentu (bakat, aptitudes).
b. Kecakapan aktual (actual
ability) yang menunjukan pada aspek kecakapan yang segera dapat
didemonstrasikan dan diuji sekarang juga. Misalnya prestasi belajar,
keterampilan, kreativitas.
2. Kepribadian
a. Fisik dan kebebasan
b. Psikis
c. Kegiatan : ekstrakulikuler
d. Keunggulan-keunggulan dalam
bidang : akademik, keagamaan, olah raga, kesenian, keterampilan, sosial, dll
e. Pengalaman istimewa dan
prestasi yang telah diraih
f. Latar belakang
g. Agama dan moral
h. Lingkungan masyarakat
C. Teknik-Teknik Pemahaman Individu
Adapun
teknik-teknik pemahaman individu dapat dikelompokan menjadi teknik tes dan non
tes. Teknik tes bisa membuat sendiri dan bisa pula mohon bantuaan dari ahli
lain yang kompeten untuk itu.
1. Teknik Tes
a. Tes Kecerdasan
Kecerdasan dapat diartikan
sebagai kemampuan berpikir yang bersifat abstrak. Dapat juga diartikan sebagai
kemampuan umum individu untuk berperilaku yang jelas tujuannya, berpikir
rasional, dan berhubungan dengan lingkungannya secara efektif.
Tingkat kecerdasan(IQ) dengan
klasifikasinya:
1) Superior atau genius adalah
murid yang dapat bertindak jauh lebih cepat dan dengan kemudahan dibandingkan
dengan murid yang lainnya
2) Normal adalah murid yang
rata-rata atau pada umumnya
3) Sub-normal atau mentally
deffective atau mentally retarded adalah murid yang bertindak jauh lebih lambat
dari kecepatannya, dan jauh lebih banyak ketidaktepatannya dan kesulitannya,
dibandingkan dengan murid yang lain.
Dibedakan lebih lanjut
kedalam kategori murid-murid;
a) Debil (moron) yang masih
mendekati murid normal yang berusia sekitar 9-190 tahun.
b) Imbecil mendekati murid
normal sekitar usia 5-6 tahun.
c) Idiot mendekati murid normal
berusia dibawah 4 tahun.
b. Tes Bakat
Tes bakat mengukur kecerdasan potensial yang bersifat khusus
murid. Ada dua jenis bakat, yaitubakat sekolah dan bakat pekerjaan-jabatan.
Bakat sekolah berkenaan dengan kecakapan potensial khusus yang mendukung
penguasaan bidang-bidang ilmu atau mata pelajaran. Sedangkan bakat
pekerjaan-jabatan berkenaan dengan kecakapan potensial khusus yang mendukung
keberhasilan dalam pekerjaan.
Untuk mengetahui bakat murid, telah dikembangkan beberapa
macam tes, seperti:
1) Rekonik. Tes ini mengukur
kemampuan fungsi motorik, persepsi dan berpikir mekanis.
2) Tes bakat musik.
3) Tes bakat artistik.
4) Tes bakat klerikal
(perkantoran).
5) Tes bakat yang multifaktor.
Tes bakat mengukur berbagai kemampuan khusus.
c. Tes Prestasi Belajar
(Achievement Tests)
Tes prestasi belajar adalah suatu perangkat kegiatan atau
alat yang dimaksudkan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang
telah dirancang sebelumnya dalam domain kognitif, afektif dan psikomotor.
Penggunaan teknik tes khususnya tes prestasi belajar bagi
guru MI / SD bertujuan untuk:
1) Menilai kemampuan belajar
murid.
2) Memberikan bimbingan belajar
kepada murid.
3) Mengecek kemajuan belajar
murid.
4) Memahami kesulitan-kesulitan
belajar murid.
5) Memperbaiki teknik mengajar
guru.
6) Menilai efektifitas
(keberhasilan) mengajar guru.
Tes prestasi belajar ini disusun untuk mengukur
hasilpembelajaran atau kemajuan belajar murid. Tes ini meliputi:
1) Tes diagnostik, yang
dirancang agar guru dapat menentukan letak kesulitan murid, dalam mata
pelajaran yang diajarkan.
2) Tes prestasi belajar kelompok
yang baku.
3) Tes prestasi belajar yang
disusun oleh para guru, misalnya dalam bentuk ulangan sehari-hari.
2. Teknik Non-tes
a. Observasi (pengamatan)
Memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Dilakukan sesuai dengan
tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu.
2) Direncanakan secara
sistematis.
3) Hasilnya dicatat dan diolah
sesuai dengan tujuan.
4) Perlu diperiksa
ketelitiannya.
Teknik
observasi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis:
1) Observasi sehari-hari (daily
observation).
2) Observasii sistematis
(systematic observation).
3) Observasi partisipatif
(participative observation).
4) Observasi non-partisipasif
(non participative observation).
b. Wawancara (interview)
Wawancara merupakan teknik untuk mengumpulkan informasi
melalui komunikasi langsung dengan responden (orang yang minta informasi).
Kelebihan
dan kekurangan wawancara
Kelebihan
wawancara:
1) Merupakan teknik yang paling
tepat untuk mengungkapkan keadaan pribadi murid secara mendalam
2) Dapat dilakukan terhadap
setiap tingkatan umur
3) Dapat diselenggarakan
serempak dengan observasi
4) Digunakan untuk pelengkap
data yang dikumpulkan dengan teknik lain.
Kelemahannya:
1) Tidak efisien, yaitu tidak
bisa menghemat waktusacara singkat
2) Sangat tergantung pada
kesediaan kedua belah pihak
3) Menuntut penguasaan bahasa
dari pihak pewawancara.
Dalam bimbingan dan konseling dikenal beberapa macam
wawancara, yaitu:
1) Wawancara pengumpulan data
(informational interview)
2) Wawancara konseling
(counseling interview)
3) Wawancara disiplin
(diciplinary interview)
4) Wawancara penempatan
(placement interview).
c.
Angket
Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi
tidak langsung, yaitu melalui tulisan.
Beberapa
petunjuk untuk menyusun angket :
1) Gunakan kata-kata yang tidak
mempunyai arti rangkap
2) Sususnan kalimat sederhana
tapi jelas
3) Hindarkan kata-kata yang
bersifat negatif dan menyinggung perasaan responder.
d.
Catatan Anekdot
Catatan anekdot, yaitu catatan otentik hasil observasi.
Dengan mempergunakan catatan anekdot, guru dapat:
1) Memperoleh pemahaman yang
lebih tepat tentang perkembangan murid
2) Memperoleh pemahaman tentang
penyebab dari gejala tingkah laku murid
3) Memudahkan dalam menyesuaikan
diri dengan kbutuhan murid.
Catatan
anekdot yang baik dimiliki syarat sebagai berikut :
1) Objektif, yaitu cacatan yang
dibuat secara rinci tentang perilaku murid
2) Deskriftif, yaitu catatan
yang menggambarkan diri murid secara lengkap tentang suatu peristiwa mengenai
murid
3) Selektif, yaitu dipilih suatu
situasi yang dicatat.
e.
Otobiografi (Riwayat atau Karangan) dan Catatan Harian
Karangan pribadi ini merupakan ungkapan pribadi murid
tentang pengalaman hidupnya, cita-citanya, keadaan keluarga, dsb. Yang Penggunaan otobiografi mempunyai bebrapa
kelemahan. Pertama, seringkali murid hanya menuliskan peristiwa-peristiwa yang
berarti bagi murid tapi belum tentu berarti untuk guru dalam kepentingan
layanan bimbingan dan konseling. Kedua, peristiwa-peristiwa lama seringkali
banyak yang terlupakan. Ketiga, ada kecenderungan murid membuang hal-hal yang
kurang sesuai dengan harapan murid dan menggantinya dengan halyang sesuai.
Keempat, seringkali murid tidak mau memberikan otobiografinya untuk dibaca oleh
orang lain.
Karangan pribadi ni dalam pembuatannya dibagi ke dalam dua
jenis, yaitu terstruktur dan tidak terstruktur.
1) Terstruktur yaitu karangan
pribadi disusun berdasarkan tema (judul) yang telah ditentukan sebelumnya
2) Tidak terstruktur yaitu murid
diminta untuk membuat karangan pribadi secara bebas.
f.
Sosiometri
Teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang
hubungan atau interaksi sosial (saling penerimaan atau penolakan) di antara
murid dalam suatu kelas, kelompok, kegiatan ekstrakurikuler, organisasi
kesiswaan, dll. Melalui teknik ini guru dapat mengetahui tentang:
1) Murid yang populer
2) Yang terisolir
3) Klik(kelompok kecil dengan
anggota 2-3 orang murid).
Sosiometri
dapat digunakan untuk :
1) Memperbaiki hubungan insani
2) Menentukan kelomppok
belajar/kerja
3) Meneliti kemampuan memimpin
seorang individu (murid) dala kelompok.
g.
Studi Kasus
Studi kasus merupakan teknik mempelajari perkembangan
seorang murid secara menyeluruh dan mendalam serta menggungkap seluruh aspek
pribadi murid yang datanya diperoleh dari berbagai pihak.
Dalam
melaksanakan studi kasus ini dapat ditempuh langkah-langkah :
1) Menentukan murid yang bermasalah
2) Memperoleh data
3) Menganalisis data
4) Memberikan layanan bantuan.
h.
Konferensi Kasus
Konferensi kasus merupakan suatu pertemuan di antara
beberapa unsur di sekolah untuk membicarakan seorang atau bebrapa murid yang
mempunyai masalah.
Unsur-unsur yang dapat turut berpartisipasi dalam konferensi
kasus dapat terdiri atas, konselor, guru-guru yang mengenal benar murid yang
menjadi kasus, kepala sekolah, psikolog, dokter, petugas perpustakaan, orang
tua siswa atau personel lain yang mengenal dekat dengan murid.
DAFTAR PUSTAKA
Aiken, L. R. (1997). Psychological testing and assessment.
(edition). Tokyo: Allin and Bacon.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum. (1998). Layanan
Konseling Perorangan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum. (1998). Layanan
Bimbingan Kelompok dan Layanan Konseling Kelompok. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. (2004).
Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Sukardi, D. Ketut. (1983). Dasar-Dasar Bimbingan dan
Penyuluhan di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional.
Surya, H. M. (1998). Buku Materi Pokok Bimbingan dan
Konseling. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar