RESUME
JENIS-JENIS
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling yang diampu oleh Dr.
Hj. Euis Farida, M.Pd
dan Teten Karina, S.Pd
Disusun Oleh :
Nama
: Muhammad
Asyam Farrosi
NIM
: 1202445
Prodi
: Pendidikan
Kimia / B
Jurusan Pendidikan Kimia
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung
A. Layanan Dasar
Pelayanan
Dasar adalah salah satu komponen program Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Komprehensif, yang saat ini dikembangkan di Indonesia. Pelayanan dasar diartikan sebagai proses
pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman
terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis
dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan
tugas-tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi
kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil
keputusan dalam menjalani kehidupannya.
Di
Amerika Serikat sendiri, istilah pelayanan dasar ini lebih populer dengan
sebutan kurikulum bimbingan (guidance curriculum). Tidak jauh berbeda dengan
pelayanan dasar, kurikulum bimbingan ini diharapkan dapat memfasilitasi
peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan tertentu dalam diri siswa yang
tepat dan sesuai dengan tahapan perkembangannya (Bowers & Hatch dalam
Fathur Rahman)
Penggunaan
instrumen asesmen perkembangan dan kegiatan tatap muka terjadwal di kelas
sangat diperlukan untuk mendukung implementasi komponen ini. Asesmen kebutuhan
diperlukan untuk dijadikan landasan pengembangan pengalaman terstruktur yang
disebutkan.
Pelayanan
dasar bertujuan untuk membantu semua konseli agar memperoleh perkembangan yang
normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya,
atau dengan kata lain membantu konseli agar mereka dapat mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Secara rinci tujuan pelayanan ini dapat dirumuskan sebagai
upaya untuk membantu konseli agar (1) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang
diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan agama), (2)
mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau
seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya,
(3) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan (4) mampu
mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
Untuk
mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku yang dikembangkan menyangkut
aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan
upaya membantu konseli dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya (sebagai
standar kompetensi kemandirian). Materi pelayanan dasar dirumuskan dan dikemas atas
dasar standar kompetensi kemandirian antara lain mencakup pengembangan: (1)
self-esteem, (2) motivasi berprestasi, (3) keterampilan pengambilan keputusan,
(4) keterampilan pemecahan masalah, (5) keterampilan hubungan antar pribadi
atau berkomunikasi, (6) penyadaran keragaman budaya, dan (7) perilaku
bertanggung jawab. Hal-hal yang terkait dengan perkembangan karir (terutama di
tingkat SLTP/SLTA) mencakup pengembangan: (1) fungsi agama bagi kehidupan, (2)
pemantapan pilihan program studi, (3) keterampilan kerja profesional, (4)
kesiapan pribadi (fisik-psikis, jasmaniah-rohaniah) dalam menghadapi pekerjaan,
(5) perkembangan dunia kerja, (6) iklim kehidupan dunia kerja, (7) cara melamar
pekerjaan, (8) kasus-kasus kriminalitas, (9) bahayanya perkelahian masal
(tawuran), dan (10) dampak pergaulan bebas.
Bimbingan Kelas; Program yang dirancang
menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di
kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada para
peserta didik. Kegiatan bimbingan kelas ini bisa berupa diskusi kelas atau
brain storming (curah pendapat).
Pelayanan Orientasi; Pelayanan ini
merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik dapat memahami dan menyesuaikan
diri dengan lingkungan baru, terutama lingkungan Sekolah/Madrasah, untuk
mempermudah atau memperlancar berperannya mereka di lingkungan baru tersebut.
Pelayanan orientasi ini biasanya dilaksanakan pada awal program pelajaran baru.
Materi pelayanan orientasi di Sekolah/Madrasah biasanya mencakup organisasi
Sekolah/Madrasah, staf dan guru-guru, kurikulum, program bimbingan dan
konseling, program ekstrakurikuler, fasilitas atau sarana prasarana, dan tata
tertib Sekolah/Madrasah.
Pelayanan Informasi; Yaitu pemberian
informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi peserta didik.
melalui komunikasi langsung, maupun tidak langsung (melalui media cetak maupun
elektronik, seperti : buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet).
Bimbingan Kelompok; Konselor memberikan
pelayanan bimbingan kepada peserta didik melalui kelompok-kelompok kecil (5
s.d. 10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat para
peserta didik. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini, adalah
masalah yang bersifat umum (common problem) dan tidak rahasia, seperti :
cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian, dan mengelola
stress.
Pelayanan Pengumpulan Data (Aplikasi
Instrumentasi); Merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi
tentang pribadi peserta didik, dan lingkungan peserta didik. Pengumpulan data
ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes.
Layanan
dasar bimbingan diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada semua sissa
(for all) melalui kegiatan-kegiatan secara klasikal atau kelompok yang
disajikan secara sistematis dalam rangka membantu perkembangan dirinya secara
optimal.
Layanan
ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang
normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya,
atau dengan kata lain membantu siswa agar mereka dapat mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Secara rinci tujuan layanan dirumuskan sebagai upaya untuk
membantu siswa agar: (1) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan
lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan agama), (2) mampu
mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau
seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya,
(3) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan (4) mampu
mengembangkan dirinya dalam rangka
mencapai tujuan hidupnya.
Untuk
mencapai tujuan tersebut, kepada siswa disajikan materi layanan yang menyangkut
aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan
uapaya membantu siswa dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Materi
layanan dasar bimbingan dapat diambil dari berbagai sumber, seperti majalah, buku,
dan koran. Materi yang diberikan,disamping maalah yang menyangkut pengembangan
sosial-pribadi, dan belajar, juga materi yang dipandang utama bagi siswa
SLTP/SLTA, yaitu yang menyangkut karir. Materi-materi tersebut, diantaranya :
(a) fungsi agama bagi kehidupan, (b) pemantapan pilihan program studi, (c)
keterampppilan kerja professional, (d) kesiapan pribadi (fisik-psikis,
jasmaniah-rohaniah) dalam menghadapi pekerjaan, (e) perkembangan dunia kerja,
(f) iklim kehidupan dunia kerja, (g) cara melamar pekerjaan, (h) kasus-kasus
kriminalitas, (i) bahayanya perkelahian masal (tawuran), dan (j) dampak
pergaulan bebas. Materi lainnya yang dapat diberikan kepada para siswa adalah sebagai berikut:
1.
Pengembangan
self-esteem
2.
Pengembangan motif
berprestasi
3.
Keterampilan
pengambilan keputusan
4.
Keterampilan pemecahan
masalah
5.
Keterampilan hubungan
antar pribadi atau berkomunikasi
6.
Memahami keragaman
lintas budaya
7.
Perilaku yang
bertanggung jawab
B. Layanan Responsif
Layanan
responsif merupakan pemberian bantuan kepada siswa yang memiliki kebutuhan dan
masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera.
Tujuan
layanan responsive adalah membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan
memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu siswa yang mengalami hambatan,
kegagalan dalam mencapai tugas-tugas pperkembangannya.
Tujuan
layanan ini dapat juga dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi
masalah-masalah atau kepedulian pribadi siswa yang muncul segera dan dirasakan
saat itu, berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan atau pengembangan
masalah pengembangan pendidikan
Materi
layanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan siswa. Masalah dan
kebutuhansiswa berkaitan dengan keinginan untuk memahami tentang suatu hal karena diipadang penting bagi perkembangan
dirinya yang positif. Kebutuhan ini seperti keinginan untuk memperoleh
informasi tentang bahaya obat terlarang, minuman keras, narkotika, pergaulan
bebas dan sebagainya.
Masalah
siswa lainnya adalah yang berkaitan dengan berbagai hal yang dialami atau
dirasakan mengganggu kenyamanan hidupnya atau menghambat perkembangan dirinya
yang positif, karena tidak terpenuhi kebutuhannya, atau gagal dalam mencapai
tugas-tugas perkembangannya. Masalah siswa pada umumnya tidak mudah diketahui
secara langsung tetapi dapat dipahami melalui gejala-gejala prilaku yang
ditampilkannya.
Maslah
(gejala masalah ) yang mungkin dialami siswa diantaranya: (a) merasa cemas
tentang masa depan, (b) merasa rendah hati, (c) prilaku infulsif
(kekanak-kanakan atau melakukan suatu tanpa mempertimbangkannya secara matang),
(d) membolos dari sekolah, (e) malas belajar, (f) kurang memiliki kebiasaan
belajar yang positif, (g) kurang bisa bergaul, (h) prestasi belajar rendah, (i)
malas beribadah, (j) malas bergaul bebas
(free seks), (k) masalah tauran, (l) manajmen stress dan (m) malas dalam
keluarga.
Untuk
memahami kebutuhan dan masalah siswa dapat ditempuh dengan cara menganalisis
data siswa, baik yang bersumber dari infentori tugas-tugas berkembang (ITP),
angket siswa, wawancara, observasi, sosiometri, daftar hadir siswa, leger, psikotes dan daftar masalah siswa atau alat
ungkap masalah (AUM).
C. Layanan Perencanaan Individual
Layanan
ini diartikan” proses bantuan kepada siswa agar mampu merumuskan dan melakukan
aktifitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depannya. Berdasarkan
pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang
dan kesempatan yang tersedia dilingkungannya”.
Layanan
perencanaan individual bertujuan untuk membantu siswa agar (1) memiliki
pemahaman tentang diri dan
lingkungannya, (2) mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan
terhadap perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar,
maupun karir, dan (3) dapat melakukan kegiatan berdasrkan pemahaman, tujuan,
dan rencana yang kelak dirumuskannya.
Tujuan
layanan perencanaan individumeral ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya
memfasilitasisisswa untuk merencanakan, memonitordan mengelola rencana
pendidikan, karir, dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri. Isi
atau materi perencanaan individual adalah hal-hal yang menjadi kebutuhan siswa
untuk memahami secara khusus tentang perkembangan dirinya sendir. Dengan
demikian meskipun perencanaan individual ditujukan untuk memandu seluruh siswa,
layanan yang diberikanlebih bersifat individual karena didasrkanatas
perencanaan, tujuan dan keputusan yang ditentukan oleh masing-masing siswa.
Melalui layanan perencanaan individual, siswa dapat :
a. Mempersiapkan diri untuk
mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan karir, dan mengembangkan kemampuaan
sosial-pribadi, yang didasarkan atas pengetahuan akan dirinya, informasi
tentang sekolah, dunia kerja, dan masyarakat.
b. Menganalisis kekuatan dan
kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian tujuannya.
c. Mengukur tingkat pencapaian
tujuan dirinya.
d. Mengambil keputusan yang
merelefsikan perencanaan dirinya.
Materi
layanan perencanaan individual berkaitan eratdengan pengembangan aspek
akademik, karir, dan sosial-pribadi. Materi pengembangan aspek (akademik)
meliputi: memanfaatkan keterampilan belajar, melakukan pemilihan pendidikan
lanjutan atau pilihan jurusan, memilih kursus atau pelajaran tambahan yang
tepat, dan mamahami nilai belajar sepanjang hayat; (b) karir meliputi:
mengeksplorasi peluang-peluang karir, mengeksplorasi latihan-latihan pekerjaan,
memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif; dan (c) sosial-pribadi
meliputi: pengembangan konsep diri yang positif, dan pengembangan keterampilan
sosial yang efektif.
Perencanaan
individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar mampu merumuskan dan
melakukan aktivitas yang berkaitan dengan peren-canaan masa depan berdasarkan
pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang
dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Pemahaman konseli secara
mendalam dengan segala karakteris-tiknya, penafsiran hasil asesmen, dan
penyediaan informasi yang akurat sesuai dengan peluang dan potensi yang
dimiliki konseli amat diperlukan sehingga konseli mampu memilih dan mengambil keputusan
yang tepat di dalam mengem-bangkan potensinya secara optimal, termasuk
keber-bakatan dan kebutuhan khusus konseli. Kegiatan orientasi, informasi,
konseling individual, rujukan, kola-borasi, dan advokasi diperlukan di dalam
implementasi pelayanan ini.
TujuanPerencanaan
individual bertujuan untuk membantu konseli agar (1) memiliki pemahaman tentang
diri dan lingkungannya, (2) mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau
pengelolaan terhadap perkembang-an dirinya, baik menyangkut aspek pribadi,
sosial, belajar, maupun karir, dan (3) dapat melakukan kegiatan berdasarkan
pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya.
Tujuan
perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya memfasilitasi
konseli untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola rencana pendidikan, karir,
dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri. Isi layanan perencanaan
individual adalah hal-hal yang menjadi kebutuhan konseli untuk memahami secara
khusus tentang perkembangan dirinya sendiri. Dengan demikian meskipun
perencanaan individual ditujukan untuk memandu seluruh konseli, pelayanan yang
diberikan lebih bersifat individual karena didasarkan atas perencanaan, tujuan
dan keputusan yang ditentukan oleh masing-masing konseli. Melalui pelayanan
perencanaan individual, konseli diharapkan dapat:
o
Mempersiapkan
diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan karir, dan mengembangkan
kemampuan sosial-pribadi, yang didasarkan atas pengetahuan akan dirinya,
informasi tentang Sekolah/Madrasah, dunia kerja, dan masyarakatnya.
o
Menganalisis
kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian tujuannya.
o
Mengukur
tingkat pencapaian tujuan dirinya.
o
Mengambil
keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya.
Fokus
pengembanganFokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan
pengembangan aspek akademik, karir, dan sosial-pribadi. Secara rinci cakupan
fokus tersebut antara lain mencakup pengembangan aspek (1) akademik meliputi
memanfaatkan keterampilan belajar, melakukan pemilihan pendidikan lanjutan atau
pilihan jurusan, memilih kursus atau pelajar-an tambahan yang tepat, dan
memahami nilai belajar sepanjang hayat; (2) karir meliputi mengeksplorasi
peluang-peluang karir, mengeksplorasi latihan-latihan pekerjaan, memahami
kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif; dan (3) sosial-pribadi meliputi
pengembangan konsep diri yang positif, dan pengembangan keterampilan sosial
yang efektif.
D. Dukungan Sistem
Ketiga
komponen program, merupakan pemberian layanan BK kepada siswa secara langsung.
Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen layanan dan kegiatan manajemen
yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada siswa atau memfasilitasi
kelancaran perkembangan siswa. Dukungan siswa adalah kegiatan-kegiatan manajemen
yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program
bimbingan secara menyeluruh melalui
pengembangan professional; hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang
lebih luas; manajmen program; penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990).
Program
ini memberikan dukungan kepada guru pembimbing dalam memperlancar
penyelenggaraan layanan diatas. Sedangkan bagi personel pendidik lainnya adalah
untuk memperlancar pemyelenggaraan program pendidikan di sekolah. Dukungan
sistem meliputi dua aspek yaitu: (1) pemberian layanan, dan (2) kegiatan
manajemen.
1. Pemberian layanan konsultasi/kolaborasi
Pemberian
layanan menyangkut kegiatan guru pembimbing
(konselor) yang meliputi (a)
konsultasi dengan guru-guru, (b) menyelenggarakan program kerjasama dengan
orang tua atau masyarakat, (c) berpartisipasi dalam merencanakan
kegiatan-kegiatan sekolah, (d) bekerjasama dengan personel sekolah lainnya
dalam rangka menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan
siswa, (e) melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat
dengan bimbingan dan konseling.
2. Kegiatan manajemen
Kegiatan
manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara, dan
meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan (a)
pengembangan program, (b) pengembangan staf, (c) pemanfaatan sumber daya, dan
(d) pengembangan penataan kebijakan.
Secara
operasional program disusun secara sistematis sebagai berikut:
a. Rasional berisi latar
belakang penyusunan program bimbingan didasarkan atas landasan kkonseptual,
hokum maupun empiric.
b. Visi dan misi, berisi harapan
yang diinginkan dari layanan BK yang mendukung visi, misi dan tujuan sekolah
c. Kebutuhan layanan bimbingan,
berisi data kebutuhan siswa, pendidik dan institusi terhadap layanan bimbingan.
Data diperoleh dengan mempergunakan instrument yang dapat dipertanggungjawabkan
d. Tujuan, berdasarkan kebutuhan
ditetapkan kompetensi yang dicapai siswa berdasarkan perkembangan
e. Komponen program: (1) layanan
dasar, program yang secar umum dibutuhkan oleh seluruh siswa pertingkatan
kelas; (2) layanan responsif, program yang secara khusus dibutuhkan untuk
membantu para siswa yang memerlukan layanan bantuan khusu; (3) layanan
perencanaan individual, program yang memfasilitasi seluruh siswa memiliki
kemampuan mengelola diri dan merancang masa depan; dan (4) dukungan sistem, kebijakan yang
mendukung keterlaksanaan program, program jejaring baik internal sekolah maupun
eksternal.
f. Rencana operasional kegiatan
g. Pengembangan tema atau topic
(silabus layanan)
h. Pengembangan satuan layanan
bimbingan
i.
evaluasi
Layanan
dasar, Layanan Responsif dan perencanaan Individual merupakan pemberian
bimbingan dan konseling kepada konseli secara langsung. Sedangkan dukungan
sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infra
struktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan
kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung
memberikan bantuan kepada konseli atau memfasilitasi kelancaran perkembangan
konseli.
Program
ini memberikan dukungan kepada konselor dalam memper-lancar penyelenggaraan
pelayanan diatas. Sedangkan bagi personel pendidik lainnya adalah untuk
memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di Sekolah/Madrasah. Dukungan
sistem ini meliputi aspek-aspek: (a) pengembangan jejaring (networking), (b)
kegiatan manajemen, (c) riset dan pengembangan.
a.
Pengembangan Jejaring (networking)
Pengembangan
jejaring menyangkut kegiatan konselor yang meliputi (1) konsultasi dengan
guru-guru, (2) menyelenggarakan program kerjasama dengan orang tua atau
masyarakat, (3) berpartisipasi dalam merencanakan dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan Sekolah/Madrasah, (4) bekerjasama dengan personel Sekolah/Madrasah
lainnya dalam rangka menciptakan lingkungan Sekolah/Madrasah yang kondusif bagi
perkembangan konseli, (5) melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang
berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling, dan (6) melakukan kerjasama atau
kolaborasi dengan ahli lain yang terkait dengan pelayanan bimbingan dan
konseling.
b.
Kegiatan Manajemen
Kegiatan
manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara, dan
meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan (1)
pengembangan program, (2) pengembangan staf, (3) pemanfaatan sumber daya, dan
(4) pengembangan penataan kebijakan.
1)
Pengembangan Profesionalitas
Konselor
secara terus menerus berusaha untuk memutakhirkan pengetahuan dan
keterampilannya melalui (a) in-service training, (b) aktif dalam organisasi
profesi, (c) aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah; seperti seminar dan workshop
(lokakarya), atau (d) melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi
(Pascasarjana).
2)
Pemberian Konsultasi dan Berkolaborasi
Konselor
perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua, staf
Sekolah/Madrasah lainnya, dan pihak institusi di luar Sekolah/ Madrasah
(pemerintah, dan swasta) untuk memper-oleh informasi, dan umpan balik tentang
pelayanan bantuan yang telah diberikannya kepada para konseli, menciptakan
lingkungan Sekolah/Madrasah yang kondusif bagi perkembangan konseli, melakukan
referal, serta meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling. Dengan
kata lain strategi ini berkaitan dengan upaya Sekolah/ Madrasah untuk menjalin
kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan
peningkatan mutu pelayanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini seperti dengan
pihak-pihak (1) instansi pemerintah, (2) instansi swasta, (3) organisasi
profesi, seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), (4) para
ahli dalam bidang tertentu yang terkait, seperti psikolog, psikiater, dokter,
dan orang tua konseli, (5) MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling), dan
(6) Depnaker (dalam rangka analisis bursa kerja/lapangan pekerjaan).
3)
Manajemen Program
Suatu
program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan terselenggara, dan
tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu,
dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah.
Keterkaitan
antar komponen pelayanan dan strategi peluncurannya dapat disimak pada gambar 5
kerangka kerja utuh bimbingan dan konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Azis, Rifqy.
(2013). Dukungan Sistem dalam Bimbingan dan Konseling. [Online]. Tersedia:
http://konselor-profesional.blogspot.com/2013/02/dukungan-sistem-dalam-bimbingan.html
[26 Februari 2015]
Azis, Rifqy.
(2013). Layanan Perencanaan Individual Bimbingan & Konseling. [Online].
Tersedia: http://konselor-profesional.blogspot.com/2013/02/ layanan-perencanaan-individual.html
[26 Februari 2015]
Depdiknas. (2008).
Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan
Formal. [Online]. Tersedia: http:// file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/196611151991022-YUSI_RIKSA_YUSTIANA/SAP,_RPP/rambu-rambu_
layanan_BKx.pdf [26 Februari 2015]
Depdiknas. 2008.
Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia.
Hasan, Fuad.
(2013). Layanan Dasar. [Online]. Tersedia:
http://adhhasan.blogspot.com/2013/05/layanan-dasar_11.html [26 Februari 2015]
Rahman, Fathur.
Tanpa Tahun. Modul Ajar Pengembangan dan Evaluasi Program Bimbingan dan
Konseling. Yogyakarta: UNY.
Sudrajat, Akhmad.
(2012). Pelayanan Dasar Bimbingan dan Konseling (Kurikulum Bimbingan). [Online].
Tersedia: https://akhmadsudrajat. wordpress.com/2012/02/07/pelayanan-dasar-bimbingan-dan-konseling-kurikulum-bimbingan/
[26 Februari 2015]
Suherman. (Tanpa
Tahun). Fokus Layanan Bimbingan dan Konseling. [Online]. Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN _BIMBINGAN/195903311986031-SUHERMAN/Bimbingan_Konseling
_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf [26 Februari 2015]
Syamsu, Yusuf .
2006. Bimbingan Konseling Di Sekolah. Bandung: Maulana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar